Selasa, 10 Februari 2015

Sembuh dari Bahaya Kecelakaan



Sembuh dari Bahaya Kecelakaan
Pada tanggal 8 November 2001, Tepatnya ketika siang hari usai pulang sekolah papah ingin mengajak saya  pergi ke Bekasi.
“ Mer, nanti malam kita pergi ke Bekasi, ya”(ujar Papah).
“Ngapain pah?”(jawab Mery).
“Kan saudaramu ada yang nikah, jadi kita di undang ke sana”(jawab Papah).
“ Oh gitu, emang nikahnya kapan?”(tanya Mery)
“ Besok, tapi kita menginap 1 malam dulu di sana”(jawab Papah).
“Oh gitu, ya udahlah kalo gitu”(ujar Mery).
            Karena aku sudah mau ikut ke Bekasi, akhirnya papah dan mamah menyusun baju kami untuk dimasukkan ke dalam tas. Seiring berjalannya waktu kami bersiap-siap untuk pergi.
            Tepatnya jam 07:00 malam kami pergi dari rumah untuk naik angkutan kota menuju Terminal Leuwi Panjang. Ternyata dari rumah menuju terminal Leuwi Panjang itu cukup waktu yang lama juga. Akhirnya kami sampai juga  di terminal itu jam 08:00 malam. Sesampai di Terminal Leuwi Panjang aku melihat banyak bus yang sedang mencari penumpang. Waktu itu kami memilih untuk naik Bus Primajasa. Lalu kami masuk ke dalam bus, mamah bingung untuk memilih tempat duduk. Karena mamah bingung memilih tempat duduk. Aku memberi masukkan kepada mamah.
“Mah, gimana kalo kita duduk di depan aja.”(ujar Mery)
“Kenapa di depan?”(tanya Mama)
“Biar bisa lihat jalan mah.”(jawab Mery)
“Oh, ya udah kita duduk di depan ya.”(ujar Mamah)
            Akhirnya kami duduk di depan. Hatiku senang karena kami bisa duduk di depan juga. Aku duduk ditengah-tengah mamah dan papah. Jam 09:00 malam kami berangkat. Selama di perjalanan aku melihat begitu banyak kendaraan-kendaraan baik motor maupun mobil yang ada di jalan. Jalan pun masih ramai karena banyak kendaraan tersebut.
            Sesudah 1 jam di perjalanan. Tiba-tiba aku menguap dan sudah mulai ngantuk. Karena sangat ngantuk akhirnya pun tertidur nyenyak di pangkuan mamah dan papah.
Sesampai di Pleret, sebelum Purwakarta. Jam 11:00 malam, lampu didalam bis tersebut tiba-tiba mati. Ternyata saat itu bis tersebut menabrak kontener yang sedang berhenti. Dari situlah kisah awal terjadinya kecelakaan.
Dari terjadinya kecelakaan itu, yang menjadi korban kecelakaan itu hanyalah kami bertiga. Pertama mamah, jidadnya sudah terkena kaca bis depan dan tulang bagian kaki kanan dan kiri mamah ada yang patah dan ada yang retak. Kedua aku jatuh ke tangga yang ada di pintu masuk depan dan jantungku pun sempat berhenti. Lalu papah menagis serta menggoyang-goyangkanku karena papah pikir saya sudah meninggal. Ketika saya digoyang-goyangkan itu saya mengeluarkan suara kecil yang mempertandakan kalau jantung saya hidup kembali. Ketiga papah,  diantara pipi dan hidung papah sudah robek.
Sesudah terjadinya kecelakaan itu, kami dilarikan ke rumah sakit HASAN SADIKIN. Saya segera di masukkan ke ruang ICU karena sudah kritis dan segera ditangani 20 dokter. Sementara mamah di bawa ke ruang operasi untuk di jahit. Dan papah segera menelpon keluarga untuk membawa baju kami ke Rumah Sakit.
Sesudah mamah di jahit, Mamah segera di larikan ke Ciranjang untuk mengobati kakinya. Sementara papah di luar ruangan menunggu saya untuk sadar. Beberapa orang datang untuk menjenguk saya ke rumah sakit. Hanya satu orang satu orang yang bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Oleh karena itu mereka secara bergiliran masuk ke dalam ruangan tersebut untuk melihat saya. Mereka sangat prihatin melihat kondisi saya.
Lalu abang (alm) saya manggandeng kakek (alm) dan nenek saya, serta membawa makanan untuk papah. Mereka bertiga pergi dengan menaiki angkutan kota. Sesampai di rumah sakit mereka langsung menuju ruang ICU untuk menemui papah. Lalu yang pertama masuk ke ruangan itu adalah nenek saya. Nenek saya hanya bisa menangis, menangis, dan menangis ketika melihat cucunya yang telah berbaring di tempat tidur. Lalu datang salah satu suster melihat nenek saya yang sedang menangis.
“Bu, jangan nangis terus. Lihat saja layar monitor itu, jika masih berjalan seperti itu berarti cucu ibu masih hidup, tapi jika itu sudah berjalan lurus, berarti cucu ibu sudah meninggal.”(ujar suster yang melihat nenek menangis terus-menerus)
“Oh, iya sus.”(jawab nenek)
            Lalu nenek hanya bisa melihat layar monitor itu. Setelah sekian lama nenek di dalam ruangan itu. Akhirnya nenek keluar, kemudian masuklah kakek yang ingin melihat kondisi cucunya. Kakek hanya melihatku dan kakek membuat Tanda Salib di jidadku. Namun di dalam hati kakek, kakek sangat sedih.
            Semua orang yang menjenguk sangat prihatin padaku, mereka sedih mlihat kondisiku. Mereka semua bertanya pada papah tentang kejadiannya. Lalu papah menjelaskan tentang kejadian tersebut.
            Hari demi hari papah menunggu anaknya kapan sadar. Namun aku belum sadarkan diri juga. Tetapi orang-orang di rumahku sudah banyak. Karena mereka memikir kalau aku sudah meninggal. Tetapi papah percaya kalau anaknya itu masih hidup hanya belum sadarkan diri saja.
Tepatnya ketika tanggal 21 November 2001, sesudah 13 hari koma. saya sadarkan diri. Papah bersenang hati ketika melihat saya yang telah sadarkan diri. Sesudah saya sadar, saya tidak bisa berbicara dan tidak bisa berjalan. Tetapi papah sudah sangat senang karena melihat aku sudah sadar. Tidak lupa juga papah segera menelpon keluarga yang ada di rumah.
Sesudah 1 bulan saya di rumah sakit. Saya mau dibawa pulang, tetapi sebelum saya di bawa pulang, dokter mengatakan “ini anak yang mengalami kecelakaan tapi tidak mengakibatkan luka sedikit pun dan Jika bapak lewat 1 menit saja tidak menggoyangkan dia, sudah lewat pak.” Karena dokter berkata seperti itu papah hanya bisa tersenyum.
Saya di gendong oleh abang untuk pulang, lalu kami yang dari rumah sakit  segera pulang ke rumah. Sesampai kami di rumah saya melihat banyak orang termasuk mamah yang sudah pulang dari Ciranjang, yang menunggu kedatangan saya. Mereka senang dengan keadaanku yang sudah sadar. Walaupun mereka melihat saya belum bisa berbicara dan belum bisa berbicara. Tetapi saya bisa duduk.
Sesudah beberapa minggu kemudian saya di rumah  salah satu tetangga kami memberi saran kepada mamah.
“Bu anaknya dibawa ke Dharma Bhakti aja, siapa tau bisa sembuh.”(ujar tetangga)
“oh iya saya akan coba bawa anak saya ke sana.”(jawab mamah)
            Lalu saya dibawa ke Dharma Bhakti bersama mamah dan papah. Kami ditemui salah satu dokter dan memberitahu keadaan saya. Lalu dokter mengatakan “Dalam 3 bulan ke depan akan ada kemajuan.”
            Lalu saya berobat ke sana dan di kasih obat yang harus saya makan. Selama 3 bulan ternyata terbukti saya ada kemajuan. Saya bisa ngomong kembali. Meskipun saya masih belajar ngomong. Kami tetap pergi kesana walaupun saya sudah bisa berbicara. Ternyata 3 bulan kemudian, saya bisa berjalan walaupun masih belajar. Namun kami terus-menerus berobat ke sana.
            Jadi saraf-saraf saya sempat membeku karena kecelakaan tersebut, dan karena saya berobat ke Dharma Bhakti tersebut, saraf-saraf saya hidup kembali. Jadi dokter mengetahui kalau di otak saya ada bintik-bintik darah yang mengakibatkan saraf-saraf tersebut membeku. Oleh karena itu, sambil akupuntur saya juga makan obat perangsang otak selama 1,5 tahun.
            Sesudah 2 tahun kami berobat, orangtua saya membawa saya untuk di scand kepala saya. Menurut dokter scand, hasilnya sudah bersih bintik-bintik darah yang ada di otak saya.
Maka dari itu Sekarang saya sudah sembuh total. Keluarga saya dan saya sendiri sangat bersyukur kepada Tuhan.